Mengenal Sejarah dan Asal Usul Kota Surabaya, Catatan Sejarah Menyebut Dimulai dari Tahun 1200 Masehi

- 8 Januari 2022, 06:44 WIB
Tugu Pahlawan Surabaya menjadi ikonik Surabaya.
Tugu Pahlawan Surabaya menjadi ikonik Surabaya. /Kemendikbud

JURNAL NGAWI - Surabaya menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia, dan yang tebesar di Jawa Timur. Selain dikenal sebagai Ibukota Provinsi Jawa Timur, Surabaya juga menjadi kota industri.

Keberadaan Surabaya hadir sekitar tahun 1358 M, sesuai ukiran pada prasasti Trowulan.

Artinya Surabaya juga sudah ada sebelum masa kolonialisme.

Prasasti Trowulan mengungkap bahwa Surabaya atau Churabhaya masih berupa desa di tepi sungai Brantas, menjadi tempat penyeberangan penting.

Baca Juga: Mengenal Kabupaten Ngawi, Asal Usul dan Sejarah Singkat Ngawi di Era Kolonialisme

Surabaya dalam sejarahnya juga tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang dirangan oleh Empu Prapañca yang bercerita tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir).

Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M (Prasasti Trowulan) dan 1365 M (Nagarakretagama), pakar juga berpendapat Surabaya sudah lahir sebelum itu.

Seorang budayawan Surabaya berkebangsaan Jerman Von Faber, wilayah Surabaya mulanya didirikan pada tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara. Saat pertama dibangun menjadi tempat permukiman baru bagi para prajurit kerajaan yang telah berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan pada tahun 1270 M.

Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa Surabaya dahulu merupakan sebuah daerah yang bernama Ujung Galuh.

Versi lain menyebutkan, Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup-mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling.

Baca Juga: Hari Ini 3 Januari, Apple dan Motorola Menorehkan Sejarah Penting dalam Mempertahankan Kariernya

Konon, setelah mengalahkan pasukan Kekaisaran Mongol utusan Kubilai Khan atau yang dikenal dengan pasukan Tartar, Raden Wijaya mendirikan sebuah keraton di daerah Ujung Galuh dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu.

Jayengrono kemudian semakin kuat dan mandiri sehingga mengancam kedaulatan Kerajaan Majapahit dengan ilmunya yang mampu menguasai ilmu buaya. Untuk menaklukkan Jayengrono, maka diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu sura.

Adu kesaktian dilakukan di pinggir Kali Mas, di wilayah Peneleh. Perkelahian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan berakhir dengan tragis, karena keduanya meninggal setelah kehilangan tenaga.

Nama Śūrabhaya sendiri kemudian dikukuhkan sebagai nama resmi pada abad ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya Lêmbu Sora.***

Editor: Latif Syaipudin

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x