Langgar Gipo: Warisan Bersejarah Surabaya yang Kini Menjadi Destinasi Wisata Religi

15 Juni 2024, 20:06 WIB
Temukan fakta tentang Langgar Gipo dan pendirinya H. Tarmidzi pada 1720 hingga jadi wisata budaya di bawah Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. /Pemkot Surabaya/

JURNAL NGAWI - Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, secara resmi menetapkan Langgar Gipo sebagai salah satu destinasi wisata religi yang penting di kota ini.

Langgar yang berlokasi di Jalan Kalimas Udik, Kelurahan Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantikan ini telah menjalani renovasi besar-besaran dan kini dibuka kembali untuk umum.

Dalam pernyataannya setelah peresmian renovasi, Eri Cahyadi menjelaskan pentingnya Langgar Gipo sebagai bagian dari warisan budaya Surabaya.

"Langgar Gipo bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga merupakan cagar budaya yang kaya akan sejarah. Kami berharap, dengan membuka Langgar Gipo sebagai destinasi wisata religi, generasi muda Surabaya dapat mengenal dan memahami nilai-nilai sejarah serta keberagaman budaya yang ada di kota ini," ujarnya.

Sejarah dan Fungsi Langgar Gipo

Langgar Gipo didirikan pada tahun 1720 oleh keluarga Sagipoddin, khususnya H Abdul Latief Sagipodin, yang dikenal dengan nama Mbah Gipo.

Pada awalnya, langgar ini digunakan sebagai tempat persinggahan para jamaah haji dari Jawa Timur sebelum mereka berangkat ke Tanah Suci menggunakan kapal laut.

"Mbah Gipo merawat para jamaah haji tanpa memungut biaya apapun," jelas Abdul Wachid Zein, Ketua Yayasan Insan Keturunan Sagipoddin.

Selain sebagai tempat ibadah, Langgar Gipo juga memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, langgar ini menjadi tempat penggemblengan para pejuang sebelum berangkat ke medan pertempuran.

"Kami berharap Langgar Gipo tidak hanya dikenal sebagai tempat ibadah dan wisata religi, tetapi juga sebagai sarana edukasi sejarah dan persatuan bagi anak bangsa," tambah Abdul Wachid Zein.

Renovasi dan Pembangunan Museum

Proses renovasi Langgar Gipo dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan bangunan ini tetap kokoh dan mampu menampung kunjungan wisatawan dengan nyaman.

Lantai dua dari bangunan ini telah diubah fungsi menjadi museum yang memajang berbagai koleksi bersejarah serta informasi mengenai peran Langgar Gipo dalam sejarah Surabaya.

"Kami menambahkan beberapa ornamen dan layar monitor yang menampilkan sejarah Langgar Gipo. Beberapa koleksi bersejarah pun akan diletakkan di sini oleh pihak keluarga Hasan Gipo," ungkap Eri Cahyadi.

Harapan untuk Masa Depan

Langgar Gipo kini bukan hanya menjadi tempat ibadah atau wisata religi semata, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan keberagaman budaya Surabaya.

Pemerintah Kota Surabaya berharap bahwa dengan membuka akses lebih luas kepada masyarakat, Langgar Gipo dapat menjadi destinasi yang mendidik dan mempersatukan generasi muda.

"Dengan mempertahankan eksistensi Langgar Gipo sebagai cagar budaya dan destinasi wisata religi, kami berharap dapat menginspirasi generasi mendatang untuk mencintai dan melestarikan nilai-nilai sejarah serta keberagaman budaya Indonesia," tutup Eri Cahyadi.

Langgar Gipo yang telah berusia 304 tahun ini menjadi bukti nyata betapa pentingnya warisan budaya dalam membangun identitas dan karakter sebuah bangsa.

Dengan terbukanya Langgar Gipo untuk umum, diharapkan akan terjadi peningkatan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan budaya bagi masa depan yang lebih baik.***

Editor: Hafidz Muhammad Reza

Tags

Terkini

Terpopuler