JURNAL NGAWI - Gunung Tidar, sebuah bukit yang menjulang setinggi 503 meter di atas permukaan laut, berdiri megah di tengah Kota Magelang. Dengan hutan pinus seluas 70 hektar yang menyelimuti lerengnya, Gunung Tidar berfungsi sebagai paru-paru kota, menjaga kesejukan udara dan memberikan keindahan alami yang menenangkan.
Namun, daya tarik Gunung Tidar tidak hanya terletak pada keindahan alamnya, melainkan juga pada cerita unik dan sejarah panjang yang melingkupinya, yang mencerminkan pertemuan akulturasi budaya antara mistisisme Jawa dan Islam.
Nama Gunung Tidar erat kaitannya dengan Syekh Subakir, seorang ulama besar dari Persia yang dikenal sebagai pendakwah Islam pada masa awal penyebaran agama ini di Nusantara. Syekh Subakir, yang memiliki nama asli Sayed Samsudin Albakir al-Farsi, lebih dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai Syekh Subakir.
Makamnya yang terletak di puncak Kebun Raya Gunung Tidar, kini menjadi tujuan ziarah yang tak pernah sepi dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah di Indonesia.
Syekh Subakir dikenal sebagai ulama sakti yang menguasai ilmu-ilmu Islam terkait penaklukan makhluk gaib, jin, dan setan. Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa Syekh Subakir merupakan perintis awal penyebaran Islam di Jawa sebelum Maulana Malik Ibrahim, atau Sunan Gresik.
TcnBaca Juga: Makam Syekh Subakir di Gunung Tidar: Rekomendasi Wisata Religi Terpopuler di Magelang
Baca Juga: 10 Rekomendasi Objek Wisata Religi di Magelang, Yang Wajib Di Kunjungi Oleh Peziarah
Bahkan, ada yang meyakini bahwa Syekh Subakir memiliki silsilah yang sama dengan Sunan Gresik, menambah eratnya hubungan keduanya dalam jejak sejarah Walisongo.
Kehadiran Syekh Subakir di Nusantara dilatarbelakangi oleh keahliannya dalam menaklukkan alam gaib, terutama di Pulau Jawa yang saat itu diyakini dikuasai oleh ilmu hitam dan kekuatan jahat. Untuk menyeimbangkan kekuatan tersebut, Syekh Subakir melakukan ritual menancapkan paku di puncak Gunung Tidar.