Ngawi dan Orang Pertama Yang Menjadi Penguasanya

- 8 Januari 2022, 10:18 WIB
Foto ini adalah gambar suasana alun-alun Ngawi pada tahun 1830-an, jaman dulu alun-alun Ngawi adalah alun-alun terluas di seluruh tanah Jawa bagian timur.
Foto ini adalah gambar suasana alun-alun Ngawi pada tahun 1830-an, jaman dulu alun-alun Ngawi adalah alun-alun terluas di seluruh tanah Jawa bagian timur. /Jurnal Ngawi/Foto memoringawitempodulu/Humas BPAD Ngawi

JURNAL NGAWI - Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Ngawi memiliki luas wilayah 1.298,58 kilo meter persegi, sekitar 40 persennya atau sekitar 506,6 kilo meter persegi berupa lahan sawah.

Secara administrasi Kabupaten Ngawi memiliki 19 kecamatan dua kecamatan diantaranya merupakan hasil pemekaran, yakni kecamatan Gerih dan Kecamatan Kasreman.

Sedangkan desanya Ngawi memiliki 217 desa dan empat diantaranya merupakan kelurahan, yakni kelurahan Margomulyo, Ketanggi, Pelem, dan Karangtengah.

Baca Juga: Kisah Dungus Ngawi Simbol Patung Petani dan Kerbau Melambangkan Daerah Sebagai Lumbung Pangan Nasional

Batas wilayah Kabupaten Ngawi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Blora. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Madiun, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun, sedang sebelah barat Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar keduanya termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Mengenai penetapan hari jadi Kabupaten Ngawi ditetapkan pada tanggal 7 Juli 1358 M dengan surat keputusan bupati KDH Tk. II Ngawi No. 04 Tahun 1987 pada tanggal 14 Januari 1987.

Raden Ngabei Somodigdo merupakan orang yang pertama kali menjabat sebagai kepala daerah (Onder Regent) atau bupati di Kabupaten Ngawi. Masa menjabatnya pada 31 Agustus 1830 sampai dengan tahun 1832.

Baca Juga: Pasar Watualang Sebelumnya Sempat Disorot Legislatif, Akhirnya Resmi Dibuka Ony Anwar Bupati Ngawi

Sedangkan istilah bupati berasal dari bahasa Sanskerta. Hal itu termuat pada prasasti Telaga Batu pada tulisan Bhupati, yang ditemukan dekat Palembang yang berisi pemujaan terhadap raja Sriwijaya. Prasasti tersebut diperkirakan dari akhir abad ke-7 Masehi.

Pakar prasasti Indonesia J. G. de Casparis menterjemahkan bhupati dengan istilah kepala atau hoofd dalam bahasa Belanda.***

Editor: Anwar Thohir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah