JURNAL NGAWI - Apa Itu Ngabuburit. Berdasarkan Kamus Bahasa Sunda yang telah diterbitkan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), kata ‘ngabuburit’ berasal dari ‘burit’ yang artinya ‘sore hari’.
Sementara dalam bahasa Sunda, ‘ngabuburit’ adalah ‘lakuran’ dari frasa ‘ngalantung ngadagoan burit’, yang artinya adalah ‘bersantai-santai sambil menunggu waktu sore’.
Lain lagi dengan bahasa Minang, ngabuburit ini sering disebut dengan ‘malengah puaso’ yang berarti ‘melakukan kegiatan untuk mengalihkan rasa lapar dan haus selama berpuasa’.
Baca Juga: Ramalan Shio 9 April; Tikus, Kerbau, Macan Hari Penuh Energi Positif Nikmati Setiap Waktu
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ngabuburit adalah kegiatan yang dilakukan untuk menunggu adzan Magrib menjelang buka puasa ketika bulan Ramadhan.
Nah, istilah ‘ngabuburit’ ini lama-kelamaan menyebar ke seluruh pelosok Indonesia sebelum tahun 1990-an hingga akhirnya menjadi tradisi sampai sekarang ini. Biasanya, kegiatan ngabuburit ini akan dilaksanakan pada pukul 15.30 hingga 17.30 (bergantung waktu adzan Magrib akan berkumandang).
Baca Juga: Jadwal Imsak Malang Jawa Timur Imsakiyah Tanggal 8,9,10 April
Dalam proses pelaksanaannya, ngabuburit sering diisi dengan kegiatan jalan-jalan, berburu takjil, mengikuti kultum, bermain layangan, bahkan ada juga yang bermain sepak bola. Maka dari itu, ketika bulan Ramadhan tiba, akan banyak penjual yang menjajakan makanan dan camilan tradisional baik di pinggir jalan atau di pasar ketika menjelang berbuka.
Baca Juga: Jadwal Imsak Wilayah Yogyakarta, Bantul, Sleman, Gunung Kidul, Kulo Progo 8 April 2022
Fenomena ngabuburit ini telah dilaksanakan sejak zaman dahulu, tetapi tentu saja kegiatan yang dilaksanakan dapat berbeda. Pada masa lampau, terutama di pelosok perkampungan, masyarakat akan ngabuburit dengan menganyam tikar daun pandan, bersenda gurau dengan keluarga dan tetangga, hingga membaca Al-Quran di surau (tadarusan).