Penurunan Angka Kelahiran di Indonesia Signifikan, BKKBN Ungkap Efektivitas Program KB

- 2 Juli 2024, 07:30 WIB
Ilustrasi angka kelahiran di Indonesia.
Ilustrasi angka kelahiran di Indonesia. /Pixabay/Satya Tiwari

JURNAL NGAWI - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Hasto Wardoyo, menyatakan bahwa angka kelahiran (Total Fertility Rate/TFR) di Indonesia mengalami penurunan signifikan.

Menurut Hasto, TFR Indonesia kini berada di tingkat ideal 2,18, hasil dari upaya intensif selama satu dasawarsa terakhir.

Tren penurunan ini, yang mencapai 0,39 dalam satu dekade, mencerminkan keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) yang diluncurkan BKKBN sejak tahun 1970.

Program ini tidak hanya mengontrol laju pertumbuhan penduduk tetapi juga berhasil mencegah ledakan kelahiran selama pandemi Covid-19.

Pengaruh Pandemi Covid-19 pada Angka Kelahiran

Pada awal pandemi Covid-19, kekhawatiran akan lonjakan TFR muncul akibat penurunan penggunaan alat kontrasepsi dan keterbatasan layanan kesehatan.

Namun, Indonesia berhasil menghindari baby boom yang diprediksi. Sebaliknya, pandemi lebih berdampak pada penundaan kelahiran anak, terutama karena resesi ekonomi yang melanda.

Menurut Hasto, dikutip dari Kompas.com pada Sabtu (29/6/2024), BKKBN kini menargetkan setiap pasangan suami istri untuk melahirkan minimal satu anak perempuan, guna memastikan regenerasi berkelanjutan di masa depan.

"Di Jawa ini sudah 2,0 sekian ya, tadi di Jabar sudah 2,00 sekian, di Jawa Tengah 2,04, di DIY 1,9, di DKI juga 1,89. Jadi ya pembangunan yang sifatnya asimetris harus disikapi. Ada wilayah lain yang seperti NTT, Papua, anaknya masih banyak. Tapi di daerah Jawa ini kan tadi rendah sekali," ungkapnya.

Strategi BKKBN untuk Mengatasi Disparitas Regional

BKKBN berkomitmen merumuskan kebijakan yang tepat sasaran untuk mengatasi disparitas angka kelahiran di berbagai daerah.

Halaman:

Editor: Hafidz Muhammad Reza


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah