Jemaah Aolia Mengaku 'Telepon Allah' Tentukan Lebaran, PBNU Buka Suara

- 6 April 2024, 14:38 WIB
Laksanakan Lebaran Lebih Awal, Ketua PBNU Ingatkan Jamaah Aolia Untuk Tidak Permainkan Ajaran Agama Islam
Laksanakan Lebaran Lebih Awal, Ketua PBNU Ingatkan Jamaah Aolia Untuk Tidak Permainkan Ajaran Agama Islam /ilustrasi/

JURNAL NGAWI - Tradisi menarik muncul di tengah umat Islam, khususnya di wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta, setelah salah satu jemaah Masjid Aolia mengklaim telah 'berbicara langsung dengan Allah SWT' untuk menetapkan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445 H pada Jumat (5/4) yang lalu. Pengakuan ini pun langsung mengundang reaksi dari berbagai pihak, termasuk Ketua PBNU, Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur.

Dalam tanggapannya, Gus Fahrur menyatakan bahwa fenomena ini memunculkan keprihatinan. "Fenomena kelompok masyarakat Aolia di Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta, yang berhari raya hari Jumat kemarin dengan dalih tokoh panutan mereka berbicara langsung dengan Allah SWT, ini sungguh memprihatinkan, harus dicegah dan tidak boleh terulang kembali," ujarnya.

Gus Fahrur menekankan pentingnya menjalankan ajaran agama Islam dengan benar sesuai dengan tuntunan syariat yang telah ditetapkan. Ia menegaskan bahwa klaim mengenai komunikasi langsung dengan Allah SWT tanpa dasar ilmiah dan syariat yang jelas merupakan tindakan yang tidak dapat diterima.

"Dasar ibadah dalam Islam harus sesuai tuntunan syariat yang dipahami dengan ilmu-ilmu standar ajaran agama Islam yang sudah jelas dalil-dalilnya dan garis-garisnya," ungkap Gus Fahrur.

Lebih lanjut, Gus Fahrur mengajak umat Islam untuk tidak mudah terpengaruh oleh klaim-klaim yang tidak rasional dan tidak ilmiah. Ia menekankan bahwa klaim memiliki komunikasi khusus dengan Allah SWT tidak memberikan seseorang keistimewaan di hadapan-Nya.

"Orang yang dapat menghadirkan hal-hal ajaib sekalipun itu tidak berarti dia memiliki keistimewaan di hadapan Gusti Allah SWT. Karena tukang sulap dan tukang sihir juga bisa melakukannya," tegasnya.

Gus Fahrur juga menyoroti perlunya pemerintah menetapkan awal Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri secara resmi untuk menghindari polemik yang terus-menerus muncul di masyarakat. "Ini mungkin bisa menjadi salah satu alasan untuk dibuat peraturan pemerintah tentang penetapan awal dan akhir Ramadan harus mengikuti keputusan pemerintah, sebagaimana dilakukan di semua negara muslim seluruh dunia," paparnya.

Pernyataan dari jemaah Aolia tersebut juga mendapat kritik dari Gus Fahrur. Ia menilai bahwa pernyataan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai kebebasan berpendapat karena telah melanggar aturan-aturan baku dalam praktik beragama Islam.

"Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung kepada Allah Taala, Ya Allah kemarin tanggal 4 malam 4, ya Allah ini sudah 29, 1 Syawal kapan, Allah Taala hadirko, tanggal 5 Jumat, lah makanya kalau disalahkan orang bagaimana, ya nggak apa-apa urusannya gusti Allah," kata dia dalam bahasa jawa dalam video yang viral," ujar salah satu pimpinan jemaah Aolia dalam video yang menjadi viral.

Halaman:

Editor: Hafidz Muhammad Reza


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah