Mengenal Umar Kayam Tokoh Ngawi Gurunya WS Rendra

- 14 Januari 2022, 15:35 WIB
Gambar Umar Kayam Tokoh Ngawi
Gambar Umar Kayam Tokoh Ngawi /Jurnal Ngawi/Gambar Perpusip Jatim

JURNAL NGAWI - Umar Kayam adalah seorang penulis, budayawan, dan akademisi, sosiolog, aktor, birokrat berkarya sebagai Guru Besar Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Budaya) di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kayam terkenal oleh karena novelnya, Para Priyayi (1991), dan kumpulan esainya yang terbit di Tempo dan Kedaulatan Rakyat.

Umar Kayam lahir dan besar di Ngawi Jawa Timur pada 30 April 1932. Ia mendapatkan gelar sarjana muda dari Fakultas Pedagogik Universitas Gadjah Mada pada tahun 1955. Di Gadjah Mada, ia dikenal sebagai salah seorang pelopor dalam terbentuknya kehidupan teater kampus; salah satu muridnya adalah W.S. Rendra.

"Dr.H.C Willibrordus Surendra Broto Rendra, S.S., M.A. (7 November 1935 – 6 Agustus 2009) atau dikenal sebagai W.S. Rendra adalah penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater berkebangsaan Indonesia"

Teman-teman Umar Kayam biasa menyapa UK. Tahun 1955, Umar Kayam lulus sarjana muda di Fakultas Pedagogik Universitas Gadjah Mada. ketika menjadi mahasiswa, dikenal sebagai salah seorang pelopor dalam terbentuknya kehidupan teater kampus.

Karir Umar dari tahun 1966 hingga 1969, Kayam menjabat sebagai Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film di Departemen Penerangan dan pernah pula duduk di Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Setelah meninggalkan pemerintahan, ia menjabat sebgai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1969-1972) dan Ketua Dewan Film Nasional (1978-1979).

Kayam pernah juga terlibat di bidang film. Sebagai aktor, ia pernah memerankan Presiden Soekarno, pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI. Selain itu, ia pernah menjadi pemeran pembantu dalam Karmila (1974) dan Kugapai Cintamu (1976) dan masih banyak lagi

Tentang karya-karya Umar Kayam, ia pernah mengatakan,
"Semuanya itu menggelinding dalam upaya memahami gejala dan memaparkan usaha pemahaman itu. Proses penggelindingan itu tidak dilihatnya sebagai suatu proses Sysiphian, yakni bagai Sysiphus (dalam mitologi Yunani) yang kena kutukan dewa terus-menerus harus mengangkat kembali batu besar yang dengan terengah-engah telah berhasil dibawa ke puncak bukit untuk kemudian akan dijatuhkan kembali."

Syiphus menurut Kayam, "adalah alegori nasib manusia modern yang gelisah mencoba-coba. Dialog yang lahir dari proses perkembangan yang Sysiphian adalah ingin menaklukkan berbagai medan dan kancah."

Umar Kayam menegaskan, ia bukan seperti itu. Ia tidak ingin menaklukkan apa pun, melainkan hanyalah ingin menjelajahi kemungkinan-kemungkinan.

Umar Kayam meninggal pada 16 Maret 2002 diusia 69 dimakamkan di Jakarta, Indonesia. Cucu Umar Kayam yang terkenal adalah Anindyo Baskoro atau yang lebih dikenal dengan Nino RAN atau Nino Kayam lahir 21 November 1987. Ia seorang penulis lagu, penyanyi dan produser Indonesia.***

Editor: Anwar Thohir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah