Arti Bulan Suro Bagi Masyarakat Jawa

21 Juli 2022, 20:15 WIB
Ilustrasi, inilah penjelasan Makna Bulan Suro bagi Masyarakar Jawa /Ig @tmiiofficial

JURNAL NGAWI - Bulan Suro oleh sebagian besar masyarakat Jawa dianggap bulan yang sakral, banyak pantangan yang tak boleh dilakukan saat awal bulan Tahun Baru ini.

Orang Jawa mengenal Bulan Suro atau dalam kalender Hijriah, dikatakan Bulan Muharram.

Bulan Suro datang bersamaan dengan Tahun Baru Islam, yakni bulan Muharram.

Jika merunut pada kalender nasional, tanggal 1 Suro atau 1 Muharram 1444 Hijriyah jatuh pada hari Sabtu Pahing 30 Juli 2022.

Baca Juga: Sejarah Awal Mula Peringatan Malam Satu Suro, Malam Sakral Bagi Masyarakat Jawa

Bulan ini dianggap sakral oleh sebagian besar masyarakar Jawa. Selain itu juga mengandung makna bulan penuh keberkahan.

Apa arti Bulan Suro bagi masyarakat Jawa? Simak ulasan berikut ini seperti dilansir dari situs resmi kemendikbud.

Saat Malam Satu Suro tiba, masyarakat Jawa melakukan hal-hal yang dianggap sakral.

Pada umumnya ketika 1 Suro masyarakat Jawa melakukan ritual tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa).

Baca Juga: Umat Islam Wajib Tahu! Ini 12 Amalan Bulan Suro Catat Lalu Amalkan Saat Tahun Baru Islam Tiba

Bahkan sebagian orang memilih menyepi untuk bersemedi di tempat sakral.

Tempat yang dianggap sakral seperti puncak gunung, tepi laut, pohon besar, atau di makam keramat.

Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro sebagai awal tahun Jawa juga memiliki arti sebagai bulan yang sakral atau suci.

Pada bulan ini dianggap waktu yang tepat untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi untuk mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa.

Baca Juga: 6 Tradisi Malam Satu Suro di Jawa Mulai dari Topo Bisu Mubeng Beteng sampai Cuci Keris

Cara yang biasa digunakan masyarakat Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.

Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada.

Eling artinya manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan.

Sedangkan waspada berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan.

Karenanya dapat dipahami jika kemudian masyarakat Jawa pantang melakukan hajatan pernikahan selama bulan Suro.

Baca Juga: Ini Cara Sederhana Agar Kanker Testis dan Penyakit Lainnya Tidak Menyerang Organ Reproduksi Pria

Peringatan 1 Suro selalu berjalan dengan khusuk.

Sebagian besar orang membersihkan diri lahir batin, melakukan introspeksi, mengucap syukur kepada Gusti yang membuat hidup dan menghidupi dunia dan seisinya.

Oleh karena itu, masyarakat Jawa sangat antusias untuk melakukan ritual di tanggal 1 Suro agar terhindar dari keburukan.***

Editor: Zayyin Multazam Sukri

Sumber: Kemendikbud

Tags

Terkini

Terpopuler