Harga Beras Pasca Pemilu Melambung Tinggi, Ini Penyebabnya?

- 22 Februari 2024, 18:02 WIB
 Harga beras di Indonesia termasuk di Kabupaten Tasikmalaya semakin mahal, pihak dinas Koperindag Kabupaten Tasikmalaya akan segera melakukan operasi pasar di titik titik ini.
Harga beras di Indonesia termasuk di Kabupaten Tasikmalaya semakin mahal, pihak dinas Koperindag Kabupaten Tasikmalaya akan segera melakukan operasi pasar di titik titik ini. /Abdul Latif/ DeskJabar /

JURNAL NGAWI - Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan bahwa harga beras di Indonesia masih terus melambung tinggi. Salah satu penyebabnya adalah terhambatnya produksi akibat cuaca ekstrem yang memengaruhi produksi gabah kering panen (GKP). Hal ini disampaikannya dalam Seminar Hasil Riset Ketahanan Pangan Nasional Nagara Institute pada Rabu (21/2/2024).

Menurut Arief, produksi yang terhambat disebabkan oleh tanaman yang tertunda akibat kekurangan air. "Kenapa harga beras tinggi? Harga beras tinggi karena produksinya berkurang, kenapa produksi kurang? Karena tanamnya tertunda, kenapa tertunda? Karena ngga ada air," ungkapnya.

Indonesia sendiri mengalami defisit 2,8 juta ton beras pada bulan Januari dan Februari, sedangkan kebutuhan masyarakat mencapai 2,5-2,56 juta ton per bulan. Ketika masa panen gabah tiba, terbatasnya pasokan GKP menyebabkan perebutan di sawah yang mengakibatkan kenaikan harga. Situasi ini juga berdampak pada penggiling padi yang tidak bisa mengoptimalkan produksinya karena pasokan GKP yang berkurang.

Baca Juga: Indonesia Berencana Impor Beras dari Thailand Sebanyak Dua Juta Ton

Arief juga menjelaskan bahwa harga gabah yang naik mencapai Rp 8.000-8.600 per kilogram, menyebabkan harga beras naik hingga dua kali lipat. Meskipun pemerintah telah melakukan importasi sebanyak 3,5 juta ton, namun harga beras masih berkisar antara 14-15 ribu rupiah per kilogram.

Panel Harga Badan Pangan mencatat bahwa pada hari Rabu (21/2/2024) pukul 10.00 WIB, harga beras premium naik lagi sebesar Rp 190 menjadi Rp 16.350 per kilogram, sementara beras medium naik Rp 40 menjadi Rp 14.160 per kilogram.

Selain itu, secara global, harga pangan dunia juga mengalami kenaikan. Harga beras yang sebelumnya berkisar antara US$460-450 per metrik ton, kini naik menjadi US$630-670 per metrik ton. Hal ini juga dipengaruhi oleh kurs mata uang, di mana kenaikan harga tersebut berdampak pada impor yang mempengaruhi pertanian di negara lain.

Menyikapi hal ini, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menegaskan bahwa kondisi perberasan sudah dilaporkan kepada Presiden. Dia juga menyoroti potensi mundurnya masa tanam dan panen akibat fenomena El Nino yang memengaruhi tidak hanya Indonesia tetapi juga negara lain.

"Kami coba komunikasikan di rakortas, ratas menyampaikan ke presiden kondisi El Nino saat ini sangat memprihatinkan, masa tanam mundur 2 bulan, bahkan diperkirakan 3 bulan dan seterusnya, ini akan berdampak kepada produksi 2024. 1-2 bulan lalu ketemu Dubes Thailand, mereka juga mengalami penurunan produksi karena El Nino," jelas Amran.

Halaman:

Editor: Hafidz Muhammad Reza


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x