Kisah Jadinya Jawa Terkait Erat Dengan Gunung Semeru

- 6 Desember 2021, 12:47 WIB
Gunung Mahameru/Semeru
Gunung Mahameru/Semeru /Gambar Kominfo

JURNAL NGAWI - Menurut kisah dalam Kitab 'Tantu Pagelaran' atau Kitab 'Tangtu Pagelaran' yaitu kitab Jawa kuno berbahasa Kawi yang berasal dari masa Majapahit sekitar abad ke-15, kitab ini berkisah tentang asal mula Pulau Jawa. Theodoor Gautier Thomas Pigeaud seorang ahli Sastra Jawa dari Belanda, menerbitkan suntingan teks yang sangat penting dari kitab ini pada tahun 1924 di Perpustakaan Leiden, Belanda.

Kitab 'Tangtu Pagelaran' atau 'Tantu Pagelaran' sendiri merupakan sebuah teks prosa yang menceritakan tentang kisah Pulau Jawa, asal mula manusia di Jawa, hingga tata etika kehidupan manusia.

Mengenai awal Pulau Jawa sediri dikisahkan, sebelum muncul nama Jawa. Yaitu sebuah pulau yang mengambang tidak menetap di atas samudera. Kemudian Para Dewa mengambil keputusan untuk memaku pulau itu dengan Gunung Mahameru yang ada di India, untuk kemudian diletakkan di atas pulau agar tidak terombang-ambing oleh ombak.

Akhirnya para dewa bersepakat, Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa untuk menggendong gunung 'Mahameru' di punggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung Mahameru dan badan kura-kura (seperti tali) sehingga gunung itu dapat diangkut.

Pertama para dewa meletakkan gunung tersebut di ujung barat pulau, karena berat gunung tidak seimbang pulau itu miring ke barat. Kemudian, mereka memindahkannya ke bagian timur pulau, ketika gunung Mahameru dibawa ke timur, serpihan gunung itu tercecer hingga tercipta jajaran pegunungan di pulau tersebut mulai dari barat hingga timur.

Akan tetapi, ketika dipindahkan ke timur, pulau itu kondisinya berganti miring ke timur, sehingga para dewa memutuskan untuk mengurangi berat daripada gunung tersebut dengan cara memotong sebagian dari Gunung Mahameru, hingga pucuknya potongan dari gunung tersebut diletakkan di bagian barat laut.

Potongan pucuk gunung tersebut akhirnya menjadi Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan. Tinggi Gunung Pawitra sekarang 1.653 m (dpl) letaknya di perbatasan dua kabupaten, Mojokerto sisi baratnya, dan Pasuruan sisi timurnya.

Sejak itulah pulau itu tidak terombang-ambing, dan Gunung Mahameru menjadi pakunya pulau. Gunung itu sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Shiwa datang ke pulau yang telah ditancapi atau dipaku gunung dari India tersebut, dilihatnya pulau itu ditumbuhi Pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa, dan gunung itu menjadi tempat bersemayam para dewa.

Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung antara manusia dan Kayangan. Masyarakat Bali sendiri mempercayai Gunung Semeru yang tertinggi di Jawa tersebut merupakan Bapak Gunung Agung. Setiap 8 - 12 tahun sekali mereka melakukan upacara sesaji kepada para dewa-dewa yang bersemayam di sana, mereka juga datang ke Gua Widodaren di sekitaran Bromo untuk mendapatkan Tirta Suci.***

Editor: Anwar Thohir


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah