Pidato Putin di Munich 15 Tahun Silam: Ramalan yang Jadi Kenyataan Bagian 2

- 25 Februari 2022, 22:20 WIB
Pidato Vladimir Putin di Munich 15 Tahun Silam Ramalan Jadi Kenyataan
Pidato Vladimir Putin di Munich 15 Tahun Silam Ramalan Jadi Kenyataan /Jurnal Ngawi /Gambar dokumentasi TASS

JURNAL NGAWI - Lima belas tahun yang lalu hari ini, Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di Konferensi Keamanan Munich dengan pidato yang langsung ditafsirkan sebagai manifesto paling keras yang pernah ada sejak era Perang Dingin.

Tepatnya pada 10 Februari 2007, Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di Konferensi Keamanan Munich dengan pidato yang langsung ditafsirkan sebagai manifesto paling keras sejak era Perang Dingin.

Soal ekspansi NATO, dunia unipolar, masalah perlucutan senjata, erosi OSCE sebagai sebuah institusi, masalah nuklir Iran dan keamanan energi Eropa. Inti dari pidato Putin di Munich.

Alasan Demokrasi Dengan Mendikte Tidak Berhasil

Putin menekankan dalam pidatonya di Munch: "[Pemenuhan hak asasi manusia] adalah tugas penting. Kami mendukung ini. Tapi ini tidak berarti campur tangan dalam urusan internal negara lain, dan terutama tidak memaksakan rezim yang menentukan bagaimana negara-negara ini seharusnya hidup dan berkembang.

Jelaslah bahwa campur tangan semacam itu sama sekali tidak mendorong perkembangan negara-negara demokratis. Sebaliknya, hal itu membuat mereka bergantung dan, sebagai akibatnya, tidak stabil secara politik dan ekonomi."

Selama 15 tahun terakhir telah terlihat beberapa contoh upaya destabilisasi untuk mendikte "norma-norma demokrasi," seperti rantai revolusi "Musim Semi Arab" di Tunisia, Mesir dan Yaman dan perang saudara di Libya dan Suriah.

Campur tangan asing seperti itu, yang digambarkan Putin sebagai tidak diizinkan, telah menyebabkan puluhan ribu korban, hilangnya kedaulatan oleh beberapa negara dan munculnya Negara Islam (organisasi teroris, dilarang di Rusia).

Sementara itu, Rusia telah membantu menyelamatkan Suriah dari kehancuran dan telah mempromosikan penyelesaian damai di Libya dan negara-negara lain yang terkena dampak, tetapi dalam melakukannya tidak mencoba untuk mendikte aturan apa pun.

Dalam daftar korban dari demokratisasi semu yang dipaksakan, adalah tepat untuk menyebut Ukraina. Kudeta pemerintah di Kiev dilancarkan oleh kelompok radikal, menikmati dukungan diplomatik dan politik yang besar dari Barat.

Halaman:

Editor: Anwar Thohir

Sumber: TASS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x