Sejarah G30S PKI Indonesia, Enam Jenderal pada Tahun 1965 Terbunuh, Sejarah Kelam Penghianatan

- 30 September 2022, 07:46 WIB
Ilustrasi pemberontakan G 30 S PKI tahun 1965 /tangkapan layar dari youtube Hipotesa
Ilustrasi pemberontakan G 30 S PKI tahun 1965 /tangkapan layar dari youtube Hipotesa /

JURNAL NGAWI - G 30 S PKI atau Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia merupakan masa kelam bagi bangsa Indonesia.

Sejarah G 30 S PKI atau Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia, sekelompok personel militer Indonesia yang menangkap dan membunuh enam jenderal pada tahun 1965.

Sejarah G 30 S PKI atau Gerakan 30 September menandai dimulainya kudeta yang gagal yang menyebabkan jatuhnya kekuasaan Soekarno, presiden pertama Indonesia.

Sore hari tanggal 30 September 1965, sekelompok komplotan tentara yang menamakan dirinya Gerakan 30 September berkumpul di Jakarta.

Baca Juga: 3 Januari, Apple dan Motorola Menorehkan Sejarah Penting dalam Mempertahankan Kariernya

G 30 S PKI atau Gerakan 30 September berkumpul dengan tujuan menculik dan membunuh tujuh jenderal angkatan darat pada dini hari keesokan harinya.

 

Menjelang fajar pada 1 Oktober, enam jenderal tewas; ketujuh, Abdul Nasution, berhasil lolos.

Kemudian pagi itu G 30 S atau Gerakan 30 September mengumumkan bahwa mereka telah merebut kekuasaan untuk mencegah kudeta terhadap presiden oleh dewan jenderal.

Sementara itu, Jenderal Suharto, panglima cadangan strategis tentara mulai mengumpulkan tampuk kekuasaan ke tangannya sendiri.

Baca Juga: Kelewatan, Media Malaysia Doakan 5 Tahun ke Depan Timnasnya Setara Sri Lanka yang Berada di Posisi 204 FIFA

Partai Komunis Indonesia (PKI) menyatakan bahwa upaya kudeta adalah urusan internal tentara.

Pimpinan Angkatan Darat, sebaliknya bersikeras bahwa itu adalah bagian dari plot PKI untuk merebut kekuasaan dan kemudian memulai misi untuk membersihkan negara dari ancaman komunis.

Pada bulan berikutnya militer membantai komunis dan orang-orang yang dituduh komunis di seluruh Jawa dan Bali.

Perkiraan jumlah orang yang terbunuh berkisar antara 80.000 hingga lebih dari 1.000.000.

Pada tahun-tahun berikutnya orang yang dituduh komunis, dan keluarga mereka sering ditolak hak-hak dasarnya (misalnya, hak atas pengadilan yang adil, hak atas kesempatan yang samadalam pekerjaan, dan kebebasan dari diskriminasi).

Baca Juga: Kebiasaan yang Dapat Memicu Kanker Serviks, Kebiasaan Buruk Salah Satunya Merokok

Antara tahun 1969 dan 1980, kira-kira 10.000 orang, terutama yang diketahui atau mengaku komunis, ditahan tanpa pengadilan di pulau Buru di Maluku.

Dengan hancurnya PKI, salah satu elemen keseimbangan yang telah mendukung rezim Sukarno tersingkir, dan presiden sendiri mendapat tekanan yang semakin meningkat.

Pada bulan Maret 1966, dengan latar belakang aksi mahasiswa, tentara memaksa Sukarno untuk mendelegasikan kekuasaan yang luas kepada Suharto, sekarang kepala staf angkatan darat.

Dengan kekuasaan barunya, Suharto melarang PKI dan bergerak secara bertahap untuk mengkonsolidasikan posisinya sebagai kepala pemerintahan yang efektif.

Pada bulan Maret 1967 legislatif Indonesia mengangkat Suharto sebagai penjabat presiden, dan pada bulan Maret 1968 ia diangkat menjadi presiden dengan haknya sendiri.

Sedangkan Sukarno ditahan di bawah tahanan rumah sampai kematiannya pada 21 Juni 1970.

Tahun-tahun antara 1965 dan 1968 adalah salah satu yang paling bergejolak dan penuh kekerasan dalam sejarah Indonesia.***

Editor: Latif Syaipudin

Sumber: Blora Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah