JURNAL NGAWI - Liga Korea Selatan, atau yang dikenal sebagai K League, adalah salah satu kompetisi sepakbola paling bergengsi di Asia. Namun, ironisnya, meskipun memiliki prestasi yang mengesankan di tingkat regional dan klub yang kuat secara finansial, K League sering kali mengalami masalah penonton yang minim.
Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa K League sering sepi penonton, mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi, serta memberikan saran untuk memungkinkan pertumbuhan dan keberlanjutan liga ini.
1. Minimnya Pemain Top Dunia
Salah satu faktor utama yang dapat menjelaskan kurangnya minat penonton terhadap K League adalah minimnya pemain top dunia yang bermain di sana. Berbeda dengan liga-liga seperti Liga China atau Liga Arab Saudi yang mampu menggaet pemain internasional terkenal seperti Cristiano Ronaldo, Neymar, Sadio Mane, atau Karim Benzema, K League cenderung tidak memiliki daya tarik serupa.
Baca Juga: 5 Alasan Kazakhstan Memilih Pindah federasi Dari AFC Ke UEFA, Serta Dampak Bagi Sepakbola Nasional
Baca Juga: Sejarah Manchester United: Dari Kumpulan Buruh Rel Kereta Api hingga Raksasa Sepak Bola Dunia
Pemain bintang internasional memiliki potensi untuk menarik perhatian penonton lokal maupun global. Mereka membawa daya tarik ekstra yang bisa memperkaya pengalaman menonton pertandingan. Karena K League belum mampu menghadirkan pemain-pemain top ini, ini menjadi salah satu alasan utama mengapa penonton lokal kurang antusias.
2. Persaingan dengan Liga Luar Negeri
K League juga bersaing dengan liga-liga luar negeri yang memiliki daya tarik besar di antara penggemar sepakbola Korea Selatan. Banyak penggemar sepakbola di Korea Selatan lebih tertarik untuk mengikuti liga-liga asing seperti Liga Premier Inggris, La Liga Spanyol, atau Serie A Italia. Pertandingan-pertandingan tim top Eropa sering kali disiarkan secara langsung di televisi Korea Selatan dan mendapatkan liputan yang luas. Hal ini membuat persaingan K League dalam menarik perhatian penonton semakin sulit.