JURNAL NGAWI - Penduduk dunia terus berkembang dengan cepat. Setiap tahun, jutaan manusia baru lahir ke dunia ini, dan ini memunculkan berbagai pertanyaan tentang pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang. Banyak dari negara-negara ini memiliki tingkat kelahiran yang tinggi, yang sering kali menjadi sumber kekhawatiran dan perdebatan.
Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan mengapa banyak negara berkembang memiliki populasi yang besar dan mengapa tingkat kelahiran yang tinggi sering terjadi. Kita juga akan membahas apakah fenomena ini wajar atau perlu diatasi.
Penduduk Dunia dan Pertumbuhan Penduduk
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai populasi di negara-negara berkembang, mari kita lihat beberapa fakta dasar tentang penduduk dunia dan pertumbuhannya.
Pada saat artikel ini ditulis pada tahun 2023, populasi dunia diperkirakan mencapai lebih dari 7,8 miliar orang. Proyeksi populasi dunia yang dilakukan oleh PBB dan berbagai lembaga penelitian demografi menunjukkan bahwa populasi dunia akan terus tumbuh dalam beberapa dekade mendatang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk antara lain tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan migrasi.
Tingkat kelahiran adalah faktor kunci dalam pertumbuhan penduduk. Tingkat kelahiran yang tinggi berarti banyak bayi lahir setiap tahun, sementara tingkat kematian yang rendah berarti bahwa lebih sedikit orang meninggal. Dalam negara-negara berkembang, tingkat kelahiran cenderung lebih tinggi daripada di negara-negara maju, yang berkontribusi pada pertumbuhan penduduk yang lebih cepat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelahiran di Negara Berkembang
Tingkat kelahiran yang tinggi di negara-negara berkembang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi tingkat kelahiran di negara berkembang adalah:
1. Ketidaksetaraan Gender
Di beberapa negara berkembang, ketidaksetaraan gender masih menjadi masalah serius. Wanita mungkin memiliki akses yang terbatas terhadap pendidikan, pekerjaan, dan perawatan kesehatan, yang dapat menghasilkan ketidaksetaraan dalam keputusan keluarga tentang jumlah anak yang diinginkan.
2. Akses Terbatas ke Kontrasepsi