Network
JURNAL NGAWI - Rusia dan Ukraina menyumbang sekitar sepertiga dari ekspor gandum global.
Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB mengatakan pada hari Jumat, indeks harga pangan naik rekor 12,6% dari Februari hingga Maret, sebagian karena guncangan dari perang di Ukraina.
"Harga bahan makanan pokok seperti gandum dan minyak nabati telah melonjak akhir-akhir ini, membebankan biaya yang luar biasa pada konsumen global, terutama yang termiskin," kata Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu kepada dewan organisasi.
Dia memperingatkan bahwa konsumen dan negara yang rentan menghadapi penurunan daya beli karena meningkatnya biaya makanan dan kenaikan harga bahan bakar.
Qu mengatakan harga pupuk juga naik, yang dapat menyebabkan penurunan penggunaan dan hasil panen yang lebih rendah.
Indeks Harga Pangan, yang dibuat pada tahun 1990, melacak harga sereal, minyak sayur, daging, susu, dan gula.
Direktur Divisi Perdagangan dan Pasar FAO Boubaker Ben Belhassen mengatakan harga sereal, minyak sayur dan daging mencapai titik tertinggi sepanjang masa, sementara harga gula dan susu juga naik secara signifikan.
Menurutnya, Indeks tersebut terus meningkat sepanjang tahun 2021, sebagian karena dampak dari pandemi COVID.
Dia mengatakan kenaikan harga disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, termasuk cuaca buruk, harga energi dan biaya transportasi yang lebih tinggi, harga pupuk yang lebih tinggi, dan permintaan internasional yang kuat.
"Ini telah mendorong harga sebelum perang di Ukraina," katanya kepada wartawan dari Roma, seperti yang dikutip dari VOA News.
