Network
JURNAL NGAWI - Ketika berbicara tentang kuliner khas Ponorogo, dodol Jenang Mirah menjadi salah satu yang tak boleh dilewatkan. Dodol ini bukan hanya sekadar oleh-oleh biasa, namun telah mengukir jejaknya sejak tahun 1955 dengan cita rasa yang unik dan menggoda. Mengapa Jenang Mirah begitu istimewa?
Jenang Mirah memiliki keunikan tersendiri dibanding dodol-dodol lainnya. Perpaduan antara rasa gurih dan manis membuatnya begitu disukai sebagai cemilan.
Yang lebih menarik, teksturnya tidak lengket sehingga tidak membuat tangan menjadi kotor saat menyantapnya. Tak heran, dodol ini menjadi pilihan utama para wisatawan yang berkunjung ke Ponorogo.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik, Es Dawet Jabung, Kuliner Khas Ponorogo yang Memikat Lidah
Nama "Jenang Mirah" sendiri terinspirasi dari seorang perempuan tua berusia sekitar 78 tahun, yang juga merupakan perintis dari dodol ini. Bahkan, kemasan Jenang Mirah turut mengabadikan foto sang pelopor, sehingga penggemar dapat dengan mudah mengidentifikasi produk ini.
Proses pembuatan dodol ini juga masih sangat tradisional, menggunakan bahan-bahan sederhana seperti beras ketan, gula Jawa, dan santan, yang kemudian diaduk di atas tungku kayu bakar.
Teknik produksinya yang turun-temurun membuatnya memiliki cita rasa yang autentik dan tak tergantikan.
Baca Juga: Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, Siap Maju Kembali di Pilkada 2024
Namun, daya tarik Jenang Mirah tidak hanya berhenti di Ponorogo. Dodol ini telah merambah pasar internasional, bahkan sampai ke tangan para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang membawanya sebagai oleh-oleh ke negara tempat mereka bekerja.
