Network
JURNAL NGAWI - Mari mendalami konsep stoicism, filsafat dari Yunani Kuno yang berguna untuk kesehatan mental kita. Selain itu konsep pada filosofi ini juga membekali diri kita agar tidak terjadi kasus bunuh diri seperti yang banyak terjadi belakangan ini.
Kehidupan manusia kini semakin tak bisa dilepaskan dari gadget, dan ironisnya, kita juga semakin terpapar pada maraknya kasus bunuh diri. Munculnya berita tragis seperti bunuh diri bocah SD di berbagai daerah membuat kita harus merenung. Apa yang terjadi pada dunia kita? Bagaimana bisa anak-anak sekelas SD hingga mahasiswa berpikir untuk mengakhiri hidup mereka?
Pada tanggal 3 Maret 2023, seorang siswa SD kelas 4 di Banyuwangi ditemukan mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Baru-baru ini, terdapat juga kasus bunuh diri bocah SD di Jakarta Selatan yang melompat dari lantai 4 sekolah. Pada bulan Mei, seorang siswa SMP di Makassar bunuh diri dengan terjun dari lantai 8 sekolahnya, kemudian pada bulan Juni, seorang siswi SMP di Bone Belango, Gorontalo, ditemukan tewas gantung diri. Bahkan di kalangan siswa SMA, kasus bunuh diri semakin meningkat, seperti yang terjadi di Bogor, di mana seorang siswa SMA tewas gantung diri di atap teras rumahnya.
Kasus bunuh diri juga merambah kalangan mahasiswa, seperti mahasiswa Universitas Jambi yang diduga bunuh diri karena tekanan skripsi. Terdapat juga mahasiswa di Torut yang tewas tergantung di rumahnya, yang juga diduga memiliki masalah serupa. Belum lama ini, dalam waktu seminggu, dua kasus bunuh diri mahasiswa tercatat di Semarang, yaitu mahasiswa Unnes dan UMY yang bunuh diri dengan melompat dari gedung.
Mengapa hal ini terjadi? Penyebabnya bisa sangat beragam, tetapi salah satu penyebab utamanya adalah depresi dan gangguan kesehatan mental. Tahun 2023 sudah mencatat 585 kasus bunuh diri yang diakibatkan oleh masalah-masalah ini. Ironisnya, baru-baru ini kita merayakan Hari Kesehatan Mental Sedunia, sementara masalah ini semakin meluas.
Artikel ini adalah ungkapan keresahan yang mendalam, namun juga sebuah panggilan untuk bertahan. Kehidupan kita penuh dengan momen-momen ketika kita merasa lelah, putus asa, dan kecewa. Namun, kita masih bisa membaca artikel ini karena kita percaya bahwa di balik semua cobaan hidup, ada keindahan yang menanti kita.
Dari masalah yang serius ini, muncul konsep Stoicism. Filsafat Stoicism berasal dari Yunani Kuno dan diajarkan oleh para stoik seperti Epictetus dan Marcus Aurelius. Tujuannya adalah mencapai kehidupan yang baik dan bermakna melalui pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip Stoicism, seperti logika dan etika.
Baca Juga: Sejarah Monumen Soerjo Ngawi, Mengenang Gubernur Pertama Jawa Timur Korban Keganasan PKI
